Suatu hari di sebuah taman alun-laun kota, Defie sedang berjalan di trotoar alun-alun sendirian.
“Aduhh.. panas banget... Monik mana sih?? Masa’ janjian, dia ndiri yang buat janji malah ga jadi datang..” Kata Defie dengan keselnya.. Tiba-tiba... BRUAKKKKKKzz, Defie menabrak seseorang cowok. Defie dan cowok itu pun jatuh.
“A... em... Maaf, ga papa kan?” Defie menatap orang yang menabraknya.
“Ah... nggak papa kok...” Kata cowok itu sambil mencoba berdiri.
“Loh... Kak Agus!” Kata Defie dengan deg”an... Ternyata cowok yang ditabrak Defie itu adalah AGUSS!! Kakak kelas+CIDAHA (Cinta DAlam HAti)nya Defie di sekolah.
“?? Siapa ya ??” Kata Agus bertanya-tanya.
“Defie ka’... Adik kelas...” Jawabnya. Tiba-Tiba Agus merasa kesakitan. “Aduh.....!”
“Kenapa ka’?? Ada yang sakit ya??” Tanya Defie dangan khawatirnya.
“Kayaknya.., Kakak keseleo... Tapi gak papa kok. Kakak masih kuat”
“Ka’... Aku bantuin...” Kata Defie yang sedari tadi yang terduduk karena jatuh berusaha untuk berdiri. “Akkkkkhh...” Defie juga merasa kesakitan... Kaki Defie terkilir.
“Yaudahhh, Aku bantuin kamu pulang ya..” Kata Agus dengan senyum manisnya.
“Nggak usah, ka’... Ka Agus kan juga lagi sakitt” Kata Defie yang berusaha menolak bantuan Agus.
“Nggak papa, Fie... Yukk!!” Defie pun tak kuasa untuk menolak bantuan pujaan hatinya itu. Akhirnya Agus memapah Defie sampai menemukan becak. Defie sangat senang karena bisa sedikit lebih dekat dengan orang yang Ia sukai dan juga karena Agus mau manahan sakit kakinya demi mengntar Defie pulang.. So Sweet... Sesampainya di rumah Defie.
“Makasih bgt ya ka... Masuk dulu yuk ka...” Kata Defie dengan senangnya.
“Sama-sama, Fie... ga usah aku masih ada urusan”
“Tapi ka, kaki kakak bengkak loh.. tunggu bentar, ya” Defie masuk ke rumah dengan tertaih-tatih dan keluar dengan membawa sebotol minyak tawon. “Ka.. Aku olesin dulu ya??”
“Em.. iya deh... makasih ya...”
“Sama-sama ka” Kata Defie sambil memijit-mijit kaki Agus.
Beberapa saat kemudian, Agus pamit untuk pulang.
Ketika Defie memijat kakinya yang keseleo dengan senang hati dan sangat amat gembira. Tiba-tiba KRINGGGGG... Monik menelpon Defie.
“Hallo.., Mon.. I Lope U fullll... thanks Mon..” Kata Defie girang.
“Thankz, napa?” Tanya Monik dengan terheran-heran “Ehh.. Aku jadi ke rumahmu, ni Aku udah di Alun-Alun...”
“Yaudahh.. kamu langnsung ke rumahku ja langsung...”
Sesampainya di rumah Defie
“Hehh, Fie.. Tadi Aku ketemu Kak Agus di Alun-Alun...”
“Hahh??” Defie kaget “Sama sapa??”
“Ya, sama cewenknya Lahh.. Mbak Lina” Mendengar itu semua Defie pun murung “Sepertinya... Mbak Lina lagi marah sama Kak Agus” Defie pun mnceritakan semua sweet scenenya tadi sama Monik.
“Mon.. Aku nyesel udah nahan Kak Agus tadi cuman buat ngolesi minyak tawon”
Keesokan harinya di sekolah..., pelajaran dimulai... Dimulai dengan pelajaran Kimia tentang Ikatan Kimia. Namun Defie tidak konsen karena terus kepikiran Kak Agus.
“Habis istrahat langsung maju satu-satu untuk menjelaskan ikatan ion, ikatan kovalen, dan ikatan koordinasi. Silahkan istirahat...” Kata sang guru Kimia. Semua murid begegas keluar. Namun Defie masih di kelas sambil tebengong-bengong.
“Fie... kamu kenapa?? gak istirahat dulu, tha?” Tanya Via salah satu teman baik Defie.
“Ehh.. Ia, kalian dulauan ja gih aku mau ke perpus dulu”
“Oooww.., ya dah klo gitu aku, Monik, nd Via ke kantin duluan, ya...” Kata Ana.
Defie pun ke perpus untuk belajar. Defie membuka salah satu buku kimia dan mempelajarinya “Apaan nih... Pentol digabung tahu?? Di silang-silang... Ahhh, tak tahulah...” Defie geleng-geleng kepala. Tak disangka-sangka di perpus Defie malah ketemu sama Agus.
“Lho... Defie, lagi ngapain?” Agus menyapa Defie.
“Eh, ka? E...a...i...u...o... Anu, belajar kimia Ikatan Kimia... Tapi ga mudenggg” Defie gugup.
“Oh.. mau Aku ajarin?? Aku punya beberapa animasi tentang ikatan kimia biar lebih gampang.” Agus membuka laptopnya dan menaruhnya di depan Defie. “Gini loh, Fie...” Agus berdiri di belakang Defie dengan sedikit menunduk dan tangan memegang mouse.
“OMG...” Katanya dalam hati sambil berkeringat dingin yang becucuran tak tentu arah. “A...i...u...e...o.... Ka Aku mau ke toilet dulu” Tiba-tiba Defie langsung berdiri dan DUAKKKKKzz!! “Aduh....” Teriak keduanya. Dagu Agus berdarah karena terbentok dengan kepala Defie.
“Eh..., Ka maaf yahhh” Kata Defie yang merasa tidak enak sama Agus.
“Udahhh, Fie... ga papa kok” Sambil memegang dagunya.
Tettttttt... teddddd.... Bel masuk berbunyi.
“Ah udah masuk tu ka... a.. eh..” Defie merogoh sakunya. “Ini ka... sapu tanganku buat lukanya... Maaf ya Kaaa...” Kata Defie lagi.
“Iaaaa..., Fiee” Agus tersenyum maniss. Defie pun terpana melihatnya...
Defie kembali ke kelsanya..., Defie kebingungan karena belum sempat belajar. Dia ga dengerin penjelasnnya Agus tadi. “Waduhhh... gimana nih??” Tiba-tiba... Ada seorang kakak kelas yang masuk. Kakak kelas itu minta izin pada guru untuk memanggil petugas UKS yang sedang piket pada hari itu, dan Defie salah satunya. Defie lega.. karena dia sama sekali tidak siap untuk presentasi.
Di UKS...
“Astaghfiruallah, Ka Agus...” Defie kaget. “Ternyata..., Ka Agus yang sakit...” Katanya dalam hati.
“Defie... AuwwwwwW..!!” Agus teriak kesakitan. Entah kenapa Defie malah berlari keluar UKS. Dan Agus ditangani oleh petugas lainnya, tanpa Defie.
Di dekat gudang belakang..., Defie sedang menangis tersedu-sedu.
“Hiks... hiks... Kenapa? Kenapa Aku selalu jadi biang masalah buat ka Agus?? Kemaren Aku buat dia keseleo, trus marahan ama pacarnya... Sekarang, aku buat dia luka... hikz, hiksss...” Tangisan Defie pun semakin menjadi-jadi. Tanpa di sangka-sangka Agus mendengar suara tangisan, yang tak lain tak bukan adalah tangisan Defie. Namun Defie tak menyadari akan kedatangan Agus. Melihat Defie sedang menagis, tanpa sadar Agus meneteskan air mata. Mungkin karena hatinya yang lembut sama seperti Defie. Agus pun pergi meninggalkan Defie, karena Ia tak sanggup melihat Defie nangis. Saat itu pula, Defie menyadari akan keberadaan Agus. Defie pun menghapus air matanya. “Ka Agus... hiks... ternyata sia memag nggak peduli ama aku...” Tangisan Defie malah semakin menjadi-jadi.
Teettttt...teddddd....
Tanpa sadar sudah tiba waktu pulang. Namun Defie pun segera kembali ke kelasnya. Namun.., “Lohhh... kelasnya udah di kunci,, gerbangnya juga...” Defie pun menagis tersedu-sedu kembali, padahal air matanya yang tadi belum kering. Defie melamun sambil berjalan tanpa sengaja Defie tersandung batu dan terjatuh... “Auwww... hiks... hiks... auww sakit..” Defie mencoba berdiri namun tak sanggup. “Ahhh... aku kok pusing??” Defie pun pingsan.
Beberapa saat kemudian...
“A... em... Aku dimana?” Defie pun akhirnya sadar.
“Kamu udah sadar... Tadi aku nemuin kamu pingsan. Kebetulan Aku masih di sekolah gak taunya gerbangnya udah dikunci jadi kejebak dehh...” Kata Agus.
“Ka Ag...” Defie melihat dagu Agus yang masih diperban, tanpa sadar Defie menangis. Defie langsung berdiri dan ingin pergi. “Auww..” Akan tetapi karena kakinya yang masih sakit, Defie pun hampir jatuh. Tapi untungnya Agus menangkap Defie. “Fie... kaki kamu luka, ya? Sini duduk... biar aku balut pake saputanganku...” Namun Defie buru-buru mau pergi. Agus menahan Defie dan memegang tangan Defie. “Fie... kamu kenapa? Kenapa menghindar?” Agus heran pada tingkah Defie. “Enggak ka... Aku... Maafin aku ka... aku selau buat Ka Agus celaka... hiks...” Defie meneteskan air matanya. “Fie... nggak usah ngerasa bersalah... Jangan nangis, juga! Aku nggak bisa liat kamu nangis... Sebenarnya aku nunggu kamu tadi... Tadi aku liat kamu nangis. Dan aku..” Agus tak meneruskan perkataannya.“Beneran, ka” Defie tak percaya. “Iaa, Fiee... Aku paling gak bisa liat cewek nagis... Oiaa, Fie... Ini kan udah hampir melemm, kita pulangnya gimana? Kalo Aku sih.. bisa loncat pager. Lha kamu gimana?” Mereka pun berfikir keras bagaimana caranya merka bisa keluar... saat itu juga KRUYUKKKKKKKkkk... terdengar suara perut Defie. “Fie.. Kamu laper, ya?” Tanya Agus. “E... em... iya..” Defie tertunduk malu dengan muka merah padam. “Nih Aku ada roti, makan aja!”.
Setelah beberapa saat..., Pak Satpam datang untuk mengecek sekolah.
“Kok masih disini??” Tanya Pak Satpam. “Ia Pak.. kita kekunci disini..” Jawab Agus. “Ohhh.. ya sudah... gerbangnya sudah saya buka.” Kata Pak Satpam. “Yuk ka palangggg...!” Ajak Defie pada Agus.
Kringgg... ttttttitttt.... kringgg.... titttt.... HP Agus bunyi.
“Hallo sayy... emm... iahhh... Aku mau pulang ni... Aku ada kejutan buat kamu babe... Yaudahh, See you in my house, ya...” Defie ternganga-nganga dan sedih dalam hatinya Ia berkata “Haaa...? Ternyata... Dia.. nggakk... Seharusnya aku tahu itu... Seharusnya aku tau kalau Ka Agus hanya cnta sama... ceweknya...”
Sejak saat itu entah kenapa Defie sedikit demi sedikit mulai melupakan Agus...
“Fie... kamu napa? Kok skarang kayaknya gak peduli lagi ma Ka Agus?” Tanya Via yang heran pada sikap Defie akhir-akhir ini. “Kamu gak kesambetkan???” Tanya Ana. Namun Defie tetap diam saja. “Fie.. jawablah...” Desak Monik.
“Aku dah capek... capekkk bgt... aku udah mau lupain dia. Nd entah kenapa... Aku ngerasa bisa ngelupain Dia sekarang... Ntar dosa kalu ku suka ama orang yang udah ada yang punya... Nd aku yakin bakal ada pengganti dai yang gak kalah baik ama dia...” Via, Ana, dan Monik melihat Defie tanpa berkedip sama sekal saking terheran-herannya. “Fie..??” Via masih tak percaya.
“Udah dong.. keep smiling... I’m fine.. ke kelas yuk” Ajak Defie.
Ana, Via, dan Monik pun saling perpandangan dan kemudian mereka tersenyummm. “YukkkKkk..!”
Sejak saat itu, Defie mulai lupa dengan Agus kerena kehadiran seseorang lain. Karena sebenarnya..., hakikat tuk mencinta memang tak harus memiliki.
By Nov.